Jumat, 22 Juli 2011

Masjidil Haram Makkah



Masjid-baitullah.blogspot.com - Hingga saat ini tidak ada yang tahu persis kapan Masjidil Haram berdiri. Yang tercatat dalam sejarah hanyalah renovasi dan perluasan masjid tersebut. Selain itu, masjidil haram juga dipercaya sebagai masjid tertua di dunia dan dibangun sebelum manusia diciptakan. Yang lebih penting dari sejarahnya, masjid mengelilingi ka’bah yang merupakan kiblat shalat bagi umat Islam seluruh dunia.

Perintah agar setiap Muslim memalingkan wajahnya ke Masjidil Haram saat shalat antara lain tercatat dalam surat Al Baqarah ayat 144. Dalam ayat ini, perintah untuk menghadap kiblat diulang sampai dua kali. Dalam Alquran perintah untuk menghadapkan wajah ke MAsjidil Haram (kiblat) diulang sebanyak lima kali. Ini sama dengan jumlah waktu sholat wajib dalam sehari.

Sejarah mencatat masid ini dibangun secara permanen oleh sahabat Rosullulloh SAW, Umar bin Khatab pada tahun 638 Masehi. Kata ‘Haram’ dipilih sebagai nama masid tersebut bukan tanpa alasan. Kata tersebut mengandung makna bahwa memang masjid itu diharamkan bagi umat selain muslim. Masid tersebut juga menjadi tempat yang haram untuk menumpahkan darah. Haramnya Masjidil Haram digunakan untuk menumpahkan darah terungkap dalam surat Al Baqarah ayat 191.

Sejak zaman khalifah Umar bin Khattab ingga tahun 1988,masjid ini tercatat mengalami renovasi dan perluasan sebanyak 10 kali. Mereka yang berikutnya terekam sejarah memimpin program perluasan dan renovasi masjid tersebut dalah Khalifah Usman bin Affan (648 M), Abdullahibnu Zubair (685 M), Al Walidibnu Abdul Malik (709 M), serta Abu Ja’far al MAnsur Al Abbasi (755 M). Selain itu juga Al Mu’tadlid Al Abbasi (897 M), Al Muqtadir Al Abbasi (918 M), Raja Abdul Aziz Al Saud (1955 M), Raja Fahd ibnu Abdul Aziz Al Saud (1988 M) dan yang terakhir sekarang (2008 M) masih dalam proses perluasan masjid dengan mengosongkan area perhotelan yang dulu tersebar di sekitar masjidil Haram. Setelah sepuluh kali renovasi dan perluasan, sampai akhir tahun 2007 Masjidil Haram luasnya mencapai 328 ribu meter persegi. Dengan areal seluas itu, MASjidil Haram yang berlantai empat ini mampu menampung 914 ribu jamaah dala satu waktu sholat berjamaah. Deluruh proyek perluasan dan renovasi itu tidak menghilangkan benuk asli bangunan Masjidil Haram.

Setiap tahun lebih dari dua juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia mendatangi masjid paling suci ini untuk menjalankan rukun haji seperti thawaf dan sa’i. Thawaf adalah berjalan mengelilingi Ka’bah dan sa’i adalah lari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah. Untuk membuat para jamaah haji merasa nyaman, pemerintah Arab Saudi pun melengkapi masjid ini dengan berbagai fasilitas termasuk pendingin ruangan berkekuatan tinggi.

Bicara kota Makkah tidak lepas dari dua tempat suci nan istimewa yaitu Ka’bah dan Masjid al-Haram. Tidaklah lengkap bicara sejarah kota Makkah tanpa bicara sejarah pembangunan Ka’bah dan Masjid al-Haram.

Pembangunan Ka’bah

Ka’bah merupakan tempat tertinggi dan terhormat bagi kaum muslimin baik kaya atau miskin, pribadi atau masyarakat dan dimana saja mereka berada sehingga sepanjang sejarah Islam ka’bah inni terpelihara kesucciaan dan kehormataannya dan tetap menjadi pusat perhatian para pelayannya. Adapun riwayat-riwayat dalam buku-buku sejarah dan siroh yang mengungkap tentang pembangunan dan pemeliharaan ka’bah walaupun sebagian riwayat-riwayat tersebut tidak otentik ditinjau dari sudut periwayatannya telah memberikan penjelasan bahwa telah terjadi beberapa kali pembangunan dan pendirian ka’bah, yaitu:

1. Pembangunan dan pemeliharaan para malaikat sebagaimana yang diriwayatkan Al Azrooqy. (Lihat: Akhbaru Makkah 1/2 dan lihat As Suhaily dalam Raudhul Unfi 1/222-223 dan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari13/144 serta Al Baihaqy dalam Ad Dalail 2/44)

2. Pembangunan dan pemeliharaan adam sebagaimana yang diriwayatkan Al Baihaqy dan yang lainnya. (lihat Fathul Bari 13/144)

3. Pembangunan dan pemeliharaan anak-anak adam sebagaimana yang diriwayatkan Al Azrooqy dan yang lainnya dari Wahb bin Munabih,dan menurut As Suhaily yang membangun adalah Syiets bin Adam. (Lihat: Akhbar Makah 1/8, Assiroh Asy Syamiyah 1/172 dan Raudhu Unfi 1/221Bidayah wan Nihayah 1/178)

4. Pembangunan dan pemeliharaan Ibrohim dan anaknya Ismail. Hal ini dijelaskan AlQur’an dan hadits-hadits bahkan riwayat-riwayat tersebut menjelaskan bahwa Ibrohim dan Ismail lah orang pertama yang mendirikan dan membangun ka’bah walaupun tempat ka’bah yaitu satu dataran yang tinggi lagi menonjol dari sekitarnya telah dikenal para malaikat dan para Nabi sebelum Ibrohim dan dia adalah tempat yang ditinggikan dan diagungkan dari zaman terdahulu sampai datangnya Ibrohim dan membangun pondasi serta bangunannya bersama anaknya Ismail. Adapun riwayat-riwayat yang menjelaskan bahwa ka’bah telah diabngun sebelumnya hampir semuanya mauquf kepada para shohabat atau tabi’in dan hanya diriwayatkan oleh ahli sejarah dan siroh seperti Al Azroqy, Al Fakihany dan sebagian ahli tafsir dan ahli hadits yang mereka itu tidak berpegang teguh dalam meriwayatkannya syarat-syarat keotentikannya,sehingga berkata Ibnu Katsir setelah memastikan bahwa Ibrohim dan Ismail lah orang pertama yang membangun ka’bah: ”Dan tidak ada stupun khobar (riwayat) yang absah (otentik) dari Al Ma’shum (Nabi) yang menjelaskan baahwa ka’bah telah dibangun sebelum Al Kholil (Ibrohim)” . (Lihat: Bidayah wan Nihayah 1/178)
Berkata Abu Syuhbah setelah merajihkan pendapat Ibnu Katsir rahimahullah :

”Tidaklah apa yang telah kami rajihkan dan ambil sebagai pendapat kami bertentangan dengan riwayat yang mengatakan bahwa tidak ada seorang Nabi pun kecuali telah berhaji ke baitullah (Ka’bah)” dan riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dengan sanad kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:

“Rasulullah telah berhaji, ketika sampai di wadi asfaan,beliau berkata:”Wahai abu bakar, wadi apa ini? Berkata Abu Bakar:”Ini adalah wadi asfaan kemudian beliua berkata:”Sungguh telah melewati wadi ini nuh, hud dan ibrahim diatas onta-onta merah mereka yang dikendalikan dengan tali kekang dan sarung-sarung mereka dari Aba’ dan selendang-selendang mereka dari nimaar berhaji ke Al Bait Al Atiiq (ka’bah)”.
Dan apa yang telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dengan sanad kepada Ibnu Abbas beliau berkata:
“Ketika Rasulullah melewati wadi asfaan saat beliau berhaji beliau berkata:”Wahai abu bakar wadi apa ini? Berkata Abu Bakar: ”Ini adalah wadi asfaan” kemudian beliau berkata: ”Sungguh telah melewati wadi ini hud dan soleh diatas onta-onta merah mereka yang dikendalikan dengan tali kekang dan sarung-sarung mereka dari Aba’ dan selendang-selendang mereka dari nimaar bertalbiah dan berhaji ke Al Bait Al Atiiq (ka’bah)” Karena maksudnya adalah berhaji ketempat nya walaupun belum ada disana bangunannya.

5. Pembangunan bangsa amaaliq dan jurhum sebagaimana yang dinukil oleh As Syami dari riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ishaq bin Rahuyah dalam musnadnya, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan Al Baihaqy dalam Ad Dalail dari Ali. (lihat Subul Huda wa Rasyad 1/172)
Berkata As Suhaily: ”Dan disebutkan bahwa ka’bah dibangun dizaman jurhum sekali atau dua kali karena banjir yang telah menghancurkan tembaok ka’bah,dan itu bukan termasuk pembangunanya akan tetapi itu hanyalah perbaikan (pemugaran) dari sesuatu yang ada” (Lihat: Raudhu Unfi 1/222)

6. Pembangunan Qushay bin Kilaab, berkata Aas Saamy: ”Hal itu dinukil olehAz Zubair bin Bakaar dalam kitab An Nasab dan ditegaskan hal itu oleh Abu Ishaaq Al Mawardy dalam Al Ahkaam As Sulthoniyah”. (Lihat: Subul huda war rosyad 1/192)

7. Pembangunan bangsa Qurays dan tentang hal ini akan dijelaskan secara khusus kemudian.

8.Pembangunan Abdullah bin Az Zubair, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaeikhon. (Lihat: Subul huda war rosyad 1/192)

Ketika Ibnu Az Zubair menetapkan rencana pembangunan kembali ka’bah yang sesuai dengan asas dan bentuk yang telah dibangun Ibrohim dan Ismail sebelum adanya perubahan dari kaum Quraisy, maka beliau sampaikan kepada kaum muslimin yang akhirnya disetujui dan kaum muslimin langsung ikut serta dalam menghancurkan bangunan ka’bah yang ada sampai rata dengan tanah lalu mereka mencari asas pondasi bangunan ka’bah yang dibangun oleh ibrohim setelah menemuinya maka mereka menegakkan tiang-tiang disekitarnya dan menutupinya dengan penutup dan mulailah mereka membangun dan meninggikan bangunan ka’bah bersama-sama serta menambah tiga hasta yang telah dikurangi kaum quraisy dan menambah tinggi ka’bah sepuluh hasta lalu membuat dua pintu dari arah timur dan barat satu untuk masuk dan yang lain untuk keluar. Hal itu sesuai dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Syaikhan ( Bukhari dan Muslim), yang berbunyi:


Wahai Aisyah kalau bukan karena kaummu baru lepas dari kejahiliyahan sungguh aku perintahkan untuk membangun ka’bah lalu dihancurkan dan aku masukkan padanya apa yang telah dikeluarkan darinya dan aku akan rendahkan (tempelkan pintunya) dengan tanah serta aku buatkan pintu timur dan barat dan aku sesuaikan dengan asas pondasi Ibrohim.

Kemudian Al Azraqy dan Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Ibrohim membangun ka’bah dengan tinggi 9 hasta, panjang 32 hasta dan lebar 22 hasta tanpa atap penutup.sedang As Suhaily mengisahkan bahwa tinggi ka’bah adalah 9 hasta dari zaman Ismail, lalu ketika dibangun quraisy sebelum islam ditambah 9 hasta, maka menjadi 18 hasta lalu mereka meninggikan pintunya dari tanah sehingga tidak naik kecuali dengan tangga, kemudian ketikaa dibangun oleh Ibnu Az Zubair maka dia menambah 9 hasta sehingga menjadi 27 hasta dan ini masih sampai sekarang. (Lihat: Tarikh Makkah 1/64, dan Raudhul Unfi 1/221)

10. Pembangunan Al Hajaaj bin Yusuf Ats Tsaqafy atas perintah Kholifah Abdul Malik bin Marwan Al Umawy, sebagimana diriwayatkan oleh Imam Muslim (2/972/H 1333/402) hal itu terjadi karena keraguan Abdul Malik terhadap pendengaran Abdullah bin Az Zubaair dari Aisyah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Kalau bukan karena kaummu yang baru dari kejahiliyahan atau berkata ke kufuraan sungguh aku akan menghancurkannya (Ka’bah) dan menjadikan untuknya pintu dan aku tempelkan pintunya ketanah serta aku masukkah padanya hijir ismail.
Kemudian Al Haarits bin abdullah bin Abi Robi’ah menguatkan dan membenarkan pendengaran Abdullah bin Az Zubair dihadapan Abdul Malik,maka kemuidian beliau menyesal akan penghancuran bangunan Ka’bah yang telah dibangun Abdullah bin Az Zubair dan pembangunannya kembali sebagaimana yang ada sebelumnya. (Muslim 2/972/H1333/403) Demikian juga diriwayatkan bahwa Kholifah Harun Ar Rosyid telah berencana untuk menghancurkan ka’bah dan membangunnya kembali sebagaimana bangunan Abdullah bin Az Zubair, akan tetapi Imam Malik bin Anas berkata kepadanya: ”Aku bersumpah demi Allah wahai amirul mukminin janganlah kamu menjadikan ka’bah ini sebagai permainan para raja setelah engkau sehingga tidaklah seorang dari mereka yang ingin merubahnya kecuali dia akan merubahnya dan kemudian hilanglah kewibawaannya dari hati-hati kaum muslimin”. Lalu beliau menggagalkan rencana tersebut,sehingga ka’bah masih seperti itu sampai sekarang ini.

Pembangunan Masjid al-Haram

Masjid Al Haram adalah masjid yang ada padanya ka’bah, dahulu masjid ini tidak bertembok akan tetapi dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk dari semua arah dan perluasan yang pertama terjadi pada masjid ini setelah datangnya islam yaitu pada masa pemerintahan Umar bin Al Khothob radhiyallahu ‘anhu ketika beliau melihat bahwa masjid tidak bisa menampung para jamaah haji dan orang yang berziarah lalu beliau membeli rumah-rumah yang ada disekitarnya untuk perluasan dan mendirikan tembok atau dinding disekeliling ka’bah setinggi manusia. (lihat Tarikh Makkah 2/28-29)
Dan pada masa pemerintahan Utsman terjadi lagi perluasan demikian juga pada masa Abdullah bin Az Zubair, lalu pada masa pemerintahan bani Umayah,Walid bin Abdil Malik menambah sebidang tanah untuk masjid dan merenovasi dengan membangunnya melengkung dan menghiasinya dengan kepingan-kepingan batu dan didukung dengan tonggak-tonggak dari marmer yang dibawa dari mesir dan syiria.kemudian semasa pemerintahan bani Abassiyah,khalifah Abu Ja’far Al Manshur menambah sebidang tanah lagi untuk masjid dan membangun serambi bundar, dan ketika kholifah Al Mahdy melaksanakan haji tahun 776 H, beliau membeli rumah-rumah yang berada disekitar masjid dan tempat sa’i (mas’a) dan meratakan rumah-rumah tersebut dan menambahkannya kedalam masjid sehingga luas masjid menjadi 1200.000 hasta persegi kemudian pada masa kholifah Al Mu’tadid billah dan Al Mu’tadir billah pun terjadi perluasan akan teytapi perluasan yang cukup besar terjadi pada tahun 306 H/918 M dan setelah itutidak terjadi perluasan sampai pada pemerintahan kerajaan Saudi Arabiyah akan tetapi terjadi renovasi dan restorasi diantara masa-masa tersebut. (lihat dua kota suci, terbitan kementerian penerangan informasi luar negeri KSA, hal.10)
Pemerintah Saudi Arabiyah sebagaimana pemerintah yang lainnya yang berkuasa di makkah telah memberikan perhatian yang sangat baik termasuk masjid haram sehingga pada masa raja Saud bin Abdul Aziz ditetapkan pelaksanaan perluasan besar-besaran atas masjid Al Haram yang dilaksanakan mulai dari tahun 1375 H/1955 M dan dibagi menjadi beberapa tahap:

1. Tahap pertama dimulai tahun 1375 H/1955 M yang mencakup beberapa realisasi pembangunan yang terpenting diantaranya:
- Membongkar fasilitas tempat tinggal dan perdagangan yang berlokasi didekat tempat sa’I (mas’a) dan bangunan-bangunan yang terleetak sebelah timur Marwa serta membangun jalan baru yang membentangsepanjang shafa dan marwa ke Qarwa,Qarara dan Syamiyah.
- Membangun tempat sa’i dua tingkat dengan panjang dari dalam 394,5 meter dan lebar 20 meter untuk mengakomodasi orang yang sholat dalam jumlah yang lebih banyak dengan tinggi lantai dasar 12 meter dan lantai atas 9 meter.
- Membangun ditengah-tengah mas’a sebuah pagar pembatas panjang hingga menjadi dua bagian.salah satunya untuk pelaksanaan sa’i dari shafa ke marwa dan yang lain dari marwa ke shofa,guna menghindari tabrakan ketika pelaksanaan sa’i.
- Membuat 16 pintu yang menghadap ke timur mas’a.dua tempat masuk untuk lantai atas: satu untuk shafa dan satu untuk marwa. Dari dalam telah dibangun dua jenjang masuk dari dalam masjid, satu dekat pintu (bab) al-shofa dan yang lain dekat pintu (bab) al-salam dan dibawah tanah dibangun ruangan setinggi 3,5 meter .
- Membangun saluran khusus untuk mencegah banjir.

2. Tahap kedua dimulai tahun 1379 H/1959 M, diantaranya:
- Membangun fondasi serambi bagian timur dan dindingnya dilapisi marmer,sementara kubah dan plafon dengan batu-batu pahatan.
- Menyelesaikan bagian yang belum selesai pada pembuatan saluran air pencegah banjir.
- Membangun gang melingkar diatas shofa yang sesuai dengan tingkat atas serambi bagian timur mas’a dan antara serambi dan mas’a dihubungkan dengan plafon bundar yang berbentuk kubah.gang ini dikhususkan untuk mereka yang masuk melalui pintu (bab) al-Shofa yang baru menuju ke kedua lantai.

3. Tahap ketiga dimulai pada tahun 1318 H/1981 M diantaranya adalah:
- Membangun bagian kedua serambi barat daya dan menyelesaikan lantai bawahnya.
- Membangun serambi utama didaerah yang membentang dari pintu (bab) Al-Umroh ke pintu (bab) Al-Salam.
- Menyelesaikan pembangunan bawah tanah yang dibangun di bawah masjid al-haram, kecuali mas’a.

Setelah mas’a dimasukkan ke masjid al-haram, luas lantai atas dan lantai bawah masing-masing 8.000 m2 lima halaman masjid untuk umum juga telah dibangun sekitar masjid yang sekarang mempunyaoi 64 pintu, serta sejumlah terowongan dari semua jurusan yang dilengkapi dengan toilet dan tempat-tempat berwudhu.areal masjid haram setelah diperluas menjadi 193.000m2. sebelumnya seluas 29.127 m2, yaitu bertambah seluas 131.041 m2.ini membuat masjid mempu menampung 400.000 orang yang sholat. Perluasan ini meliputi restorasi ka’bah, areal tempat tawaf (al-mathof) dan merenovasi Maqom Ibrohim. Kemudian pada pemerintahan raja Fahd bin Abdul Aziz terdapat perluasan dan perbaikan arsitektur masjid haram termasuk menggabungkan bagian baru kepada masjid yang sekarang dari arah barat diareal pasar kecil antara pintu (bab) al-umroh dengan pintu (bab) al-malik. Areal perluasan bangunan ini seluas 57.000 m2 yang terdiri dari lantai bawah tanah, lantai dasar dan lantai satu. Areal ini dapat menampung 190.000 orang sholat.
Proyek ini termasuk menyelesaikan halaman-halaman luar yang terdiri dari halaman yang tertinggal dekat pasar kecil dan halaman yang berlokasi sebelah timur mas’a dengan areal seluas 59.000 m2. Areal ini dapat mengakomodasikan 130.000 orang sholat. Maka areal masjid setelah perluasan sekarang, atap dan halaman seluas 328.000 m2 yang dapat mengakomodasikan 730.000 orang shalat.
Perluasan bangunan ini memiliki satu pintu masuk utama dan 18 pintu biasa. Disamping itu, bangunan yang yang telah ada memiliki 3 pintu masuk utama dan 27 pintu biasa. Dalam merancang bangunan perluasan ini adalah dengan membangun dua pintu masuk untuk ruang bawah tanah di samping 4 pintu masuk yang telah ada. Bangunan perluasan ini juga mempunyai dua menara setinggi 89 meter yang didisain arsitektur dan materialnya sama dengan tujuh menara sebelumnya.Untuk fasilitas jalan masuk orang-orang sholat ke atap bangunan perluasan pada musim-musim tertentu, telah dibangun 2 eskalator, satu terletak sebelah utara dan yang lain sebelah selatan dengan areal masing-masing 375 m2. Kedua bangunan ini mempunyai 2 set eskalator yang masing-masing berkapasitas 15.000 orang per jam. Ini disamping dua set eskalator dalam bangunan itu yang masing-masing berada dekat dengan pintu masuk utama. Eskalator-eskalator ini ditambah dengan 8 buah tangga dibangun untuk mempermudah gerakan jamaah haji dan orang sholat. Maka masjid haram dan perluasan bangunannya telah memiliki tujuh eskalator, tersebar diseluruh penjuru masjid guna melayani pengunjung lantai pertama. Setiap lantai bangunan memiliki 492 tiang yang semuanya dilapisi dengan marmar dengan tinggi 4,3 meter untuk lantai dasar dan 4,7 meter untuk lantai pertama. Dasar tiang-tiang berbentuk segi enam. Bagian muka bangunan perluasan, tinggi 20,96 meter dihiasi dengan prasasti Islami terbuat dari marmer dan batu-batu buatan.
Masjid Al-Haram sekarang terdiri dari 3 lantai, lantai bawah tanah tingginya 4 meter, lantai dasar dan lantai satu masing-masing setinggi 10 meter. Atap perluasan masjid semuanya dilantai dengan marmer hingga dapat dipergunakan untuk sholat.
Tiga kubah bagi perluasan masjid itu berlokasi di tengah-tengah sejajar dengan pintu masuk utama, tingginya 13 meter, dan sekitarnya dibuat jendela-jendela celah. Bentuk luar kubah-kubah ini sama dengan kubah-kubah yang telah ada.
Perluasan yang dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz terus dilakukan dengan memperluas masjid dengan pengembangan horisontal dari lantai-latai yang sudah ada: ruang bawah tanah, lantai dasar, lantai satu dan atap. Ruangan awah tanah semuanya terletak dibawah permukaan tanah secara mekanis telah diperlengkapi dengan ventilasi udara . Sementara itu lantai dasar dan lantai satu berada diatas permukaan tanah. Ventilasi udaranya dibuat alami melalui jendela yang saling berlawanan.

Selengkapnya...

Kamis, 21 Juli 2011

Masjid Nabawi Madinah



Masjid-baitullah.blogspot.com - Ingin mengetahui secara detail mengenai sejarah dan bentuk Masjid Nabawi di Madinah, berikut sebuah artikel yang berkenaan tentang hal ini.
1. Ruangan di Dalam Masjid Nabawi

Beberapa ahli sejarah telah menggambarkan ruangan dalam Masjid Nabi Shallallahu alaihi wasallam . Misalnya Syaikh Dehlawi (958 H – 1052 H) telah menuliskan dengan detail ruangan berikut dalam bukunya “Sejarah Madinah”. Penomoran berikut sesuai dengan nomor pada denah Masjid yang terdapat pada tulisan 2 (kedua)




1. TIANG DUTA/UTUSAN : Nabi Shallallahu alaihi wasallam menggunakan tempat ini untuk menemui para utusan yang datang. Beberapa Sahabat terkemuka duduk disekitar beliau selama pertemuan berlangsung.

2. TIANG PENGAWAL: Menjadi tempat berdiri para pengawal Nabi Shallallahu alaihi wasallam . Matori berkata, “Pintu rumah Aisyah RA berhadapan dengan tiang ini, dan Nabi Shallallahu alaihi wasallam melalui pintu ini menuju ke Masjid Nabawi.”

3. TIANG TEMPAT TIDUR: Abdullah bin Umar RA bercerita, “Nabi Shallallahu alaihi wasallam menggunakan tempat ini sebagai tempat tidur beliau selama I’tikaf.

4. TIANG ABU LUBABAH: Tertulis padanya. Seperti disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, Nabi Shallallahu alaihi wasallam bermaksud untuk menghukum bani Quraizzah (sebuah suku Yahudi) atas pengkhianatannya kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam . Abu Lubabah RA ditunjuk sebagai penengah. Dia secara tidak sengaja membocorkan rahasia Nabi Shallallahu alaihi wasallam kepada suku Yahudi itu. Abu Lubabah segera menyadari kesalahannya dan mengikat dirinya sendiri pada tiang ini, hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatnya. Setelah tujuh hari, Nabi Shallallahu alaihi wasallam menerima wahyu mengenai diterimanya taubat Abu Lubabah dan melepaskan ikatanya dengan tangan beliau sendiri. Al Qur’an, Surat Al Anfal, Ayat 27 – 28 diwahyukan untuk meberikan kepada kita sebuah pelajaran. Yakni mengkhianati kepercayaan adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal bagi para Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam , sehingga mereka melakukan tindakan yang luar biasa untuk memperbaiki kesalahannya.

5. TIANG AISYAH: Tabrani menyebutkan Aisyah RA meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ada tempat yang sangat penting di dalam Masjid Nabawi yang mulia, jika seorang mengetahuinya, mereka akan mengadakan undian untuk mendapatkan kesempatan agar bias shalat di sana”.

Suatu hari para Sahabat bertanya kepada Aisyah RA tentang tempat ini. Beliau menolak untuk memberitahukan tempat tersebut. Akhirnya para Sahabat pergi, sedangkan Aisyah RA masih bersama dengan keponakannya Abdullah bin Zubair RA. Belakangan para Sahabat memperhatikan bahwa Abdullah bin Zubair RA melakukan shalat dekat dengan tiang Aisyah. Para Sahabat meyakini bahwa Aisyah RA memberitahukan tempat tersebut secara rahasia kepada keponakannya.

Nabi Shallallahu alaihi wasallam pernah mengimami shalat dari titik ini selama beberapa hari setelah perubahan qiblat dari Masjid Al Aqsa ke Ka’bah di Makkah. Belakangan, beliau selalu mengimami shalat dari titik yang sekarang dikenal sebagai Mihrab Nabawi As Syarif.

6. TIANG MUKHALLAQAH: Jabir RA meriwayatkan seperti disebutkan dalam hadits Buhari, “Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersandar pada sebatang pohon kurma (yang awalnya terletak pada tempat dimana tiang ini berada) ketika melakukan khutbah Jumat, kaum Ansar dengan hormat menawarkan pada Nabi Shallallahu alaihi wasallam , kami dapat membuat sebuah mimbar untukmu, jika engkau menyetujuinya”.

Nabi Shallallahu alaihi wasallam menyetujuinya dan sebuah mimbar yang terdiri dari 3 anak tangga dibangun. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wasallam duduk di atas mimbar ini untuk berkhutbah, para Sahabat mendengar batang pohon kurma itu menangis seperti anak kecil. Nabi Shallallahu alaihi wasallam mendekati pohon yang sedang menangis ini dan kemudian memeluknya. Pohon ini lalu tenang setelah sebelumnya terisak-isak seperti onta betina. Pohon kurma tersebut menangis karena ia tidak digunakan lagi untuk mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Sejak itu batang pohon tersebut diberi sejenis pewangi yang disebut Khaluq. Dan kemudian, tiang dimana pohon kurma itu dulu berada, dikenal dengan sebutan tiang Mukhallaqah.

7. MIHRAB NABAWI: Tidak ada mihrab di dalam Masjid Nabawi selama periode pemerintahan Nabi SAW dan empat Khalifah yang pertama. Pada tahun 91 H, Umar bin Abdul Aziz pertama kali melakukan shalat di sini di dalam sebuah bentuk mihrab. Jika kita berdiri di dalam mihrab ini dan melakukan shalat, tempat sujud kita akan terletak di tempat dimana kaki Nabi Shallallahu alaihi wasallam berpijak. Dinding tebal mihrab ini menutupi tempat sujud Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang sebenarnya.

8. MIHRAB USTMANI: Khalifah Utsman RA mengimami shalat di tempat ini. Sekarang, Imam Masjid Nabawi juga mengimami shalat di sini. Umar bin Abdul Aziz kemudian membangun sebuah mihrab di sini.

9. MIHRAB HANAFI: Sebelumnya Imam shalat dari empat Mazhab (Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hambali) mengimami shalat di Masjid Nabawi secarah terpisah pada waktu yang sedikit berbeda dan tempat yang berbeda. Imam Hanafi mengimami shalat pada tempat ini. Namun kini, hanya satu shalat berjamaah yang diselanggarakan di Masjid Nabawi, yang dipimpin oleh Imam dari Mazhab Hambali. Hal ini berlaku sejak kekuasaan dipegang oleh Pemerintahan Saudi.

10. MIHRAB TAHAJUD: Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam melakukan shalat tahajjud di tempat ini.

11. MIMBAR: Seperti disebutkan dalam hadits Bukhari Muslin dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda “Antara rumahku dan mimbarku adalah salah satu taman dari taman-taman surga dan mimbarku akan berada di telaga Kautsar pada hari Kiamat”. Berbagai pemerintahan muslim mengirimkan mimbar untuk Masjid Nabawi dari waktu ke waktu. Mimbar yang ada sekarang, dikirim oleh Sultan Murad ke-3 dari Dinasti Usmani pada tahun 998 H.

12. TEMPAT MUAZZIN: Tempat ini, berupa balkon segi empat, terletak di sebelah Utara Mimbar Nabi. Tempat ini selain sebagai tempat adzan juga sebagai tempat shalat muadzin dan untuk menguatkan suara takbir pada shalat lima waktu.

13. PANGGUNG DISEKITAR TEMPAT TAHAJJUD: (tidak ada keterangan – pent.)

14. PANGGUNG TEMPAT PETUGAS KEAMANAN: Jika kita memasuki Masjid Nabawi dari Bab Jibril, panggung ini akan berada di sebelah kanan. Dibangun oleh Sultan Nuruddin Zanki. Panggung ini sebenarnya bukanlah tempat dari Ahlu Suffah, seperti perkiraan banyak peziarah.

15. TEMPAT AHLU SUFFAH: Suffah berarti tempat berteduh. Sahabat Nabi yang miskin dan tidak memiliki rumah, bertimpat tinggal di Suffah. Di sini mereka mendapat pendidikan tentang Islam dan mengamalkannya. Jika kita berjalan dari tiang Aisyah berlawanan dengan arah qiblat, Suffah berada setelah tiang ke-5. Namun setelah Nabi SAW memperluas Masjid pada tahun ketujuh Hijriah, Suffah dipindah sekitar sepuluh meter kea rah Timur, seperti yang tergambar pada denah Masjid Nabawi.

16. BAB (PINTU) BAQI’: Pintu ini berhadapan dengan Bab Salam.

17. BAB (PINTU) JIBRIL: Terletak di bagian Timur, disebut juga Bab Nabi, karena beliau selalu masuk melalui pintu ini. Adapun alasan penyebutan Bab Jibril adalah sebuah riwayat dari Aisyah RA, “Ketika Nabi SAW pulang dari Khandaq, dan meletakkan senjata kemudian mandi, Jibril AS mendatangi Beliau seraya berkata, ‘Engkau meletakkan senjatamu?, demi Allah kita belum (bisa) meletakkan senjata, pergilah menuju mereka’, Nabi SAW berkata, ‘kemanakah?’, Jibril AS menjawab, ‘ke sini’, dia menunjuk Bani Quraizzah. Maka Nabi SAW keluar menuju mereka.

18. BAB (PINTU) NISA: Pintu ini dibuka oleh Umar ibn Khattab tahun 12 H. Beliau mengatakan, “Alangkah baiknya kalau pintu ini dikhususkan untuk wanita”.

19. BIR (SUMUR) HA: Jika kita memasuki Masjid dari bagian paling kiri dari Bab Fahd, sumur ini berlokasi sekitar15 meter ke dalam Masjid dan ditandai dengan 3 lingkaran. Nabi SAW terkadang mendatangi sumur ini dan meminum airnya. Sumur dan taman yang mengelilinginya dimiliki oleh Abu Talhah. Ketika dia mendengar ayat 92 surat Ali Imran yang berbunyi:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Abu Talhah RA segera mengimfakkan taman ini karena mengaharapkan Ridha Allah SWT. Inilah contoh bagaimana para Sahabat berekasi terhadap ayat-ayat al Qur’an dan secara spontan langsung mengerjakan perintah Allah dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati.

20. BAB (PINTU) SALAM: Umar ibn Khattab RA membuka pintu ini yang terletak di tembok Masjid bagian Barat, ketika dilakukan perbaikan Masjid tahun 12 H. Dinamakan Bab as Salam karena letaknya sejajar dengan tempat penghormatan berupa salam kepada jasad Rasulullah SAW.

21. RUMAH ABU BAKAR RA: Jika kita berjalan dari mimbar melalui Bab Siddiq, rumah ini berlokasi setelah tiang ke-5 sejajar dengan Bab Siddiq. Suatu hari Nabi SAW bersabda, “Semua pintu rumah-rumah yang terbuka langsung ke dalam Masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar”. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa Abu Bakar RA akan menjadi khalifah pertama.

Berikut saya temukan pula sebuah gambar denah makam Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan Raudlah yang lain. Saya angkut ke sini agar menjadikan informasi ttg hal ini menjadi lebih lengkap.
Keterangan :
1. Makam Rasulullah Saw
2. Makam Sy. Abu Bakar as Shiddiq
3. Makam Sy. Umar ibn Khaththab
4. Tempat yang menurut suatu riwayat disediakan untuk Nabi Isa AS, ada 2 kemungkinan yaitu berada luruh dengan Rasulullah saw atau berada dibelakang Sy Umar ibn. Khaththab
5. Tempat peristirahatan Siti Aisyah ra.
6. Tempat kedatangan malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada Rasulullah saw.
7. Dinding kamar Siti Aisyah, yang dibengun sendiri oleh Rasulullah saw, hingga saat ine tembok tersebut masih berdiri kokoh
8. Dinding makam berbentuk segilima, yang dibangun oleh Umar ibn Abd Aziz, agar makam Rasulullah saw tidak menyerupai ka’bah dan terlalu dikultuskan oleh umat Islam.
9. Dinding segi lima lapis kedua yang dibangun oleh sultan Qait bay dari Mesir

10. Tiang-tiang yang memperkuat dinding segilima lapis kedua
11. Bagian dari raudlah yang terdapat dibagian dalam tembok kamar makam.
12. Bagian dari raudlah yang terdapat diluar kamar makam, (nomor 12 tidak terdapat pada detail gambar, area ini adalah tempat yang biasanya dijadikan rebutan oleh ummat Islam)
13. Area dengan nomor 13 adalah bukan bagian dari raudlah.
14. Kediaman siti Fathimah ra.
15. Mihrab didalam kediaman siti Fathimah, yang dibangun oleh sultan Qait bay
16. Mihrab tempat tempat Rasulullah seringkali bertahajud seorang diri
17. Tempat Rasulullah shalat tahajud berjamaah bersama ahl suffah, tempat ini berada dibelakang kediaman st Fathimah
18. Lubang besar terletak dibagian depan, lubang ini lurus searah dengan makam Rasulullah saw
19. Lubang kecil terletak dibagian depan searah dengan makam sy Abu Bakar ra
20. Lubang kecil dibagian depan searah dengan makam sy Umar Ibn Khaththab ra
21. Tempat beberapa batu sisa-sisa kediaman Rasulullah saw, yang kemudian dibuang pada masa Khalifah Al Walid ibn Abd. Malik
22. Usthuwanah al Sarir, tempat Rasulullah saw beristirahat ketikaterlalu capai beribadah
23. Usthuwanah al Wufud, tempatRasulullah seringkali menerima tamu-tamu penting
24. Usthuwanah al Hirs, tempat para shahabat bersiaga menjaga Rasulullah saw, seringkali sy Ali ibn Abi Thalib bersiaga ditempat tersebut
25. Bab Al Taubah, pintu masuk makam dibagian depan
26. Bab Aisyah, pintu masuk makam dibagian samping dari arah raudlah
27. Lubang kisi-kisi yang lurus searah dengan kepala Rasulullah saw yang mulia.
28. Lubang kisi-kisi yang lurus searah dengan kaki Rasulullah saw yang mulia
29. Beberapa pintu masuk menuju makam Rasulullah saw
30. Lingkaran kubah kecil yang berada tepat diatas makam Rasulullah saw
31. Lingkaran kubah lapis kedua, yang disebut kubah al zarqa’
32. Lingkaran kubah lapis ketiga, atau kubah al khadra’ (kubah hijau) yang terlihat dari bagian luar makam.
33. Bagian dari kamar makam (tertulis dengan nomor 32)
34. Panggung setinggi kurang lebih 30 cm, tempat para ahl suffah berjamaahshalat tahajud bersama Rasulullah saw
35. Panggung setinggi kurang lebih 60 cm, tempat ahl suffah biasa berkumpul
36. Usthuwanah al taubah
37. Usthuwanah A’isyah
38. Mihrab tempat shalat Rasulullah saw
39. Usthuwanah al Mukhallaqah
40. Minbar Rasulullah saw
41. Panggung tempat adzan

Berikut kami tampilkan pula gambar Masjid Nabawi dilihat dari citra satelite. Tanda X adalah kubah masjid, di mana makam Rasul (31,32: di denah ke dua) berada.

Shalat di masjidku ini [Masjid Nabawi] lebih utama 1.000 kali dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali shalat daripada masjid lainnya.” [HR Ahmad Ibnu Huzaimah dan Hakim].


Selengkapnya...

Rabu, 20 Juli 2011

Masijd Quba




Masjid-baitullah.blogspot.com - Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa (Surat At Taubah:108).

Allah s.w.t memuji masjid ini dan orang yang mendirikan sembahyang di dalamnya dari kalangan penduduk Quba' dengan Firman-Nya:

Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri.......(At Taubah, 108).



Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Sakarang renovasi masjid ini ditangani oleh keluarga Saud. Mengutip buku berjudul Sejarah Madinah Munawarah yang ditulis Dr Muhamad Ilyas Abdul Ghani, masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah.
[sunting] Bangunan masjid Quba

Meskipun sangat sederhana, masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk dari pada masjid-masjid yang didirikan orang di kemudian hari. Bangunan yang sangat bersahaja itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Ia sudah mempunyai suatu ruang yang persegi empat dan berdinding di sekelilingnya.

Di sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sembahyang yang bertiang pohon korma, beratap datar dari pelepah dan daun korma, bercampurkan tanah liat. Di tengah-tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut sahn, terdapat sebuah sumur tempat wudhu, mengambil air sembahyang. Kebersihan terjaga, cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa.

Masjid ini memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu. Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Diseberang ruang utama mesjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar.

Selengkapnya...

Selasa, 19 Juli 2011

Masijd Qiblatain




Masjid-baitullah.blogspot.com - Masjid Qiblatain (artinya: masjid dua kiblat) adalah salah satu masjid terkenal di Madinah. Masjid ini mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq atau di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah.

Pada permulaan Islam, orang melakukan salat dengan kiblat ke arah Baitul Maqdis (nama lain Masjidil Aqsha) di Yerusalem/Palestina. Baru belakangan turun wahyu kepada Rasulullah SAW untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram di Mekkah.




Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu dhuhur di Masjid Bani Salamah ini. Ketika itu Rasulullah SAW tengah salat dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di tengah salat, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144[1], yang artinya:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”[2]

Setelah turunnya ayat tersebut di atas, beliau menghentikan sementara salatnya, kemudian meneruskannya dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua.

Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi dan pembangunan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut.[1] Sebelumnya Sultan Sulaiman telah memugarnya di tahun 893 H atau 1543 M. Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia.

Selengkapnya...

Senin, 18 Juli 2011

Masjid Raya Bogor




Masjid-baitullah.blogspot.com - Masjid Raya Bogor. Masjid Raya Bogor dibangun pada tahun 1970 selesai tahun 1979 dengan arsitek FX. Silaban dilengkapi dengan gedung Pusat pengembangan dan Pengkajian Islam Bogor dilengkapi dengan sarana perpustakaan umum.

Masjid ini berlokasi di Jl. Raya Pajajaran. Untuk mencapainya cukup mudah yaitu dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan kota dari terminal Baranang Siang.



Masjid ini adalah masjid yang terbesar di kota Bogor. Saat ini pemkot kota Bogor sedang merencanakan untuk melakukan renovasi masjid ini. Renovasi yang sudah selesai adalah pembangunan menara masjid yang jadi satu dengan gedung BAZIZ kota Bogor. Sementara untuk masjidnya sendiri belum tampak ada tanda-tanda pelaksanaan renovasinya.

Di manapun salah satu fungsi sampingan masjid adalah sebagai tempat beristirahat sejenak bagi para musafir. Di masjid ini pun demikian. Pun demikian dengan diriku yang sudah kelelalah dan ingin sejenak me-recharge tenaga.

Daya tampung masjid ini lebih luas dari Masjid Agung Bogor. Namun, masjid ini halamannya tidak memiliki pohon-pohon yang rimbu seperti Masjid Agung. Mungkin masih dalam perencanaan bersamaan dengan rencana renovasi masjid ini.

Bagi yang suka membaca, sambil beristirahat kita bisa membaca buku-buku yang disediakan di perpustakaan masjid ini. Berbagai macam buku agama ditata pada rak-rak yang rapi. Dan meja bacapun telah disediakan untuk memudahkan para pembaca. Lokasi perpustakaan ini berada di serambi masjid.

Selengkapnya...

Minggu, 17 Juli 2011

Masjid Raya Bandung




Masjid-baitullah.blogspot.com - Masjid Raya Bandung. Kali ini kita akan jalan-jalan mengunjungi Masjid Raya Bandung di kota Bandung. Seperti biasa, tujuan utamanya adalah wisata mengenal masjid-masjid bersejarah di kota Bandung. Namun kali ini ada tujuan lain, yaitu berkunjung ke beberapa masjid utama di kota ini. Ada tiga masjid yang aku kunjungi hari itu : Masjid Raya Bandung, Masjid Agung Al Ukhuwwah dan Masjid Pusat Dakwah Islam (PUSDAI).

Sebenarnya masih banyak masjid di sana yang ingin dikunjungi seperti Masjid Istiqamah, Masjid Salman, Masjid Cipaganti, Masjid Habiburrahman, dll. Tapi berhubung waktu tidak mencukupi, dan hal itu juga dilaksanakan di sela-sela jalan-jalan di kota Bandung, so.. masih banyak masjid yang belum sempat didatangi.




Masjid Raya Bandung, begitulah namanya. Dari beberapa sumber sejarah, masjid ini didirikan pada 1810 atau 1812. Waktu dibangun dulu, bentuknya masih berupa bangunan panggung tradisional sederhana yang terbuat dari bambu dan beratap rumbia.

Kemudian oleh pemerintah setempat dilakukanlah beberapa renovasi. Dan renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2006 yang dilakukan bersamaan dengan penataan ulang alun-alun kota Bandung, pembangunan dua lantai basement dan tentu saja taman kota.

Masjid ini mempunyai luas 8,575 m2 dengan tinggi menara 99 m serta memiliki daya tampung hingga 15.000 jamaah.

Untuk mencapai masjid ini cukup mudah. Dari terminal Leuwi Panjang, kita dapat menggunakan bus Damri nomor 09 rute Lw. Panjang – Cicaheum. Bus tersebut akan lewat depan masjid ini.


Tampilan Eksterior

Sebenarnya tampilan luar masjid ini biasa saja. Namun dua menara yang tinggi itu yang mampu mengimbangi tampilan masjid ini. Sekilas, bisa dilihat jika bangunan masjid tersebut kurang terawat. Tampilan eksteriornya tampak kurang bersih. Hal itu ditambah dengan banyaknya para pedagang di sekitaran masjid yang membuat beberapa sampah ada di mana-mana. Mungkin perlu penataan bagi para pedagang tersebut dengan memberikan lokasi yang lebih layak, agar lokasi masjid menjadi rapi seperti di Masjid Agung Jawa Tengah.

Masjid ini mungkin menjadi masjid favorit bagi warga Bandung. Mengapa? Masjid ini terletak di alun-alun kota Bandung. Selain dapat melaksanakan sholat di sini, di halaman masjid dan sekilingnya banyak para pedagang yang menjual aneka makanan. Jadi selepas sholat, kita bisa melakukan wisata kuliner. Mau makanan apa saja khas Jawa Barat, ada di sana. Selepas makan, kita bisa duduk-duduk santai di taman kota sambil menikmati suasana sekitar.


Tampilan Interior

Bagian dalam masjid ini terdapat dua bagian, yaitu : Ruang dalam bagian depan yang cukup luas dan ruang sholat utama.

Ruang Dalam Bagian Depan masjid ini digunakan sebagai aula/hall untuk acara pengajian, pernikahan dan tentu saja untuk istirahat warga yang kebetulan singgah di situ. Ruang ini juga digunakan untuk sholat bagi mereka yang enggan untuk ke ruang sholat utama yang berada di ruang terpisah.

Ruang Sholat Utama berada di ruang terpisah dari ruang dalam bagian depan. Di antara kedua ruang ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya terdapat ruang wudlu (selain ruang wudlu bagian luar). Ruang sholat utama ini memiliki ruang yang luas dan berlantai dua.

Selengkapnya...

Sabtu, 16 Juli 2011

Masjid Agung Cirebon



Masjid-baitullah.blogspot.com - Masjid Agung Cirebon. Alkisah, saat masjid Cirebon hampir selesai didirikan, datanglah utusan dari Mataram Kuno bernama Menjangan Wulung. Lantaran tidak menyukai agama Islam, ia ingin menggagalkan pembuatan masjid itu. Ia lalu naik ke kubah masjid dan menyebarkan mantera yang menyebabkan kematian 3 muazin (tukang azan).

Ratu Mas Kadilangu, raja yang berkuasa saat itu, meminta para wali songo untuk menghentikan mantera itu. Sesudah bertarekat dan meminta pentujuk dari Allah, Sunan Kalijaga lantas menitahkan tujuh muazin untuk melantunkan azan secara bersamaan. Menurut cerita, pada waktu azan subuh dikumandangkan, dari kubah masjid terdengar ledakan; kubah hancur dan mantera Menjangan pun bisa dilumpuhkan. Ada juga yang mengatakan kubahnya terpental ke Masjid Agung Banten, yang menyebabkan Masjid Agung Banten memiliki dua kubah kembar. Karena itu, sampai sekarang, kumandang azan selalu dilakukan oleh tujuh orang muazin (azin pitu).




Versi yang lain mengatakan, dulu ada wabah penyakit ganas yang melanda kota Cirebon. Untuk membasminya, Panembahan Ratu -raja yang memerintah saat itu- melepaskan tongkat saktinya. Secara tak sengaja, tongkat itu mengenai kubah masjid hingga kubahnya pun runtuh. Sejak saat itulah, masjid Cirebon tidak memiliki kubah lagi.

Dua kisah itu, yang menceritakan kenapa masjid Cirebon tak berkubah, hanya sebagian dari cerita dan mitos yang menggambarkan “keunikan” Masjid Cirebon, salah satu masjid tertua di Jawa. Masih banyak mitos dan cerita lain yang mengiringi masjid yang dikenal juga sebagai Masjid Sang Cipta Rasa.

Dibuat dalam Semalam

Masjid Sang Cipta Rasa, Masjid Agung Kasepuhan, atau Masjid Agung Cirebon terletak 100 meter barat laut Keraton Kasepuhan. Masjid ini dibangun setelah masjid Demak, yakni sekitar tahun 1489 Masehi atau ketika Sunan Gunung Jati berusia sekitar 41 tahun. Konon, menurut cerita rakyat setempat, pembangunan mesjid ini hanya memakan waktu satu malam; pada waktu subuh keesokan harinya telah dipergunakan untuk shalat Subuh.

Sunan Kalijaga yang bertindak sebagai penanggungjawab meminta Raden Sepat, arsitek dari Majapahit, membuat gambar dan ruang-ruang masjid. Raden Sepat merancang ruang utama masjid berbentuk bujur sangkar dengan luas 400 meter persegi dengan kemiringan 30 derajat arah barat laut.

Tak seperti masjid Demak dan Kudus, masjid ini tak memiliki menara. Ada alasan kuat kenapa menara tak dibuat. Pada saat itu, ketika muazin mengumandangkan azan, mau tak mau ia harus naik ke atas menara. Hal tersebut dianggap tabu dan bertentangan dengan adat Jawa yang melarang orang biasa duduk atau berdiri lebih tinggi dari raja.

Perpaduan Islam dan Jawa

Masjid ini terdiri dari lima ruang: 1 ruang utama, 3 serambi, dan 1 ruang belakang. Ruang utama Masjid Agung Cirebon dikelilingi oleh dinding bata setebal ½ meter dan memiliki sembilan pintu. Sembilan pintu itu melambangkan Wali Songo, 9 wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Pintu utama berukuran normal, terletak di timur. Delapan lainnya di samping kiri dan kanan, dengan tinggi sekira 1 meter. Pintu setinggi 1 meter ini akan “memaksa” orang membungkuk ketika melewatinya. Hal ini disengaja, sebagai simbol dari sifat rendah hati, sopan santun, dan hormat-menghormati.

Selain banyak menggunakan filsafat dari ajaran Islam, masjid ini juga mengadaptasi budaya Jawa dan Hindu. Hal itu tercermin dari atapnya yang berbentuk limas bersusun tiga. Terlepas dari mitos dan cerita yang ada, atap limas merupakan adaptasi dari atap Joglo yang banyak digunakan di rumah-rumah tradisional Jawa. Selain itu, pintu gerbang utama berbentuk seperti paduraksa (gapura beratap), yang banyak terdapat pada pintu masuk candi di Jawa, antara lain Candi Bantar.

Sayangnya, kini keadaan masjid yang pernah menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat ini kurang terawat. Padahal dulu, ketika akan meninggal, Sunan Gunung Jati berpesan pada rakyat Cirebon, “Ingsun titip tajug lan fakir miskin (Saya titip surau ini dan fakir miskin).”

Selengkapnya...

Masjid Kubah Mas




Masjid-baitullah.blogspot.com - Masjid Dian Al Mahri atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kubah Emas berada di Jalan Maruyung raya, Kel. Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok. Masjid megah ini berkapasitas 20 ribu jemaah berdiri kokoh di atas lahan seluas 70 hektare. Masjid ini mulai dibangun April 1999 oleh seorang dermawan, pengusaha asal Banten bernama Hj Dian Juriah Maimun Al Rasyid, istri dari Drs H. Maimun Al Rasyid, yang membeli tanah kawasan ini sejak tahun 1996.

Rencananya, selain masjid, lahan ini akan dijadikan Islamic Centre. Nantinya akan ada lembaga dakwah, dan rumah tinggal. Semua bangunan tersebut merupakan bagian dari konsep pengembangan sebuah kawasan terpadu yang diberi nama Kawasan Islamic Center Dian Al-Mahri.



Masjid Dian Al Mahri dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha 1427 H yang kedua kalinya pada tahun itu. Pembangunannya sudah berlangsung sejak tahun 1999, namun baru dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006. Setelah shalat Idul Adha, pemilik masjid langsung meresmikan masjid ini. Ada sekitar 5 ribu jemaah yang mengikuti prosesi peresmian masjid ini.

Spesifikasi Masjid

Bangunan masjid memiliki luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8.000 meter persegi. terdiri dari bangunan utama, mezamin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar, ruang sepatu, dan ruang wudhu. Masjid mampu menampung 15 ribu jemaah shalat dan 20 ribu jemaah taklim. Masjid ini merupakan salah satu di antara masjid-masjid termegah di Asia Tenggara.

Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Kubah utama bentuknya menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil lainnya memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.

Relief hiasan di atas tempat imam terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.

Ruang utama masjid memiliki ukuran 45×57 meter, dapat menampung sebanyak 8.000 jamaah. Masjid ini memiliki 6 minaret berbentuk segi enam yang tingginya masing-masing 40 meter. 6 minaret ini dibalut granit abu-abu dari itali dengan ornamen yang melingkar. Pada puncak minaret terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat.
Kubah masjid ini mengacu kubah yang digunakan masjid-masjid Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.

Pada langit-langit kubah terdapat lukisan langit yang warnanya dapat berubah sesuai dengan warna langit pada waktu-waktu sholat dengan menggunakan teknologi tata cahaya yang diprogram dengan komputer.

Interior masjid ini menampilkan pilar-pilar kokoh yang tinggi menjulang untuk menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang dikerjakan oleh ahli dari Italia.

Kemegahan Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri

Emas pada Masjid Dian Al Mahri

Masjid ini disebut dengan Masjid Kubah Emas, sesuai namanya masjid ini memang menggunakan material emas dengan 3 teknik pemasangan: pertama, serbuk emas (prada) yang terpasang di mahkota/pilar, kedua gold plating yang terdapat pada lampu gantung, ralling tangga mezanin, pagar mezanin, ornament kaligrafi kalimat tasbih di pucuk langit-langit kubah dan ornament dekoratif diatas mimbar mihrab, yang ketiga gold mozaik solid yang terdapat di kubah utama dan kubah menara.

Pengurus dan pengelola masjid tidak mengungkapkan informasi mengenai total biaya pembangunan dan juga berat emas keseluruhan yang ada di kompleks masjid ini. Hanya ada informasi ketebalan emas yang melapisi kubah. Setiap kubah memiliki ketebalan emas 2 sampai 3 milimeter. Emas kubah tersebut kemudian dilapisi lagi dengan mozaik kristal.

Perlu diketahui bagi Pengunjung:

Masjid ini terbuka untuk umum, namun demikian ada beberapa bagian yang harus tetap steril seperti menara masjid. Meskipun dibuka untuk umum, namun Masjid Dian Al Mahri tutup pada hari Kamis, menurut pengurus masjid, hari kamis digunakan untuk keperluan persiapan ibadah shalat Jumat keesokan harinya. Sedangkan pada hari lainnya masjid dibuka pada pukul 10.00 pagi hingga 20.00 malam dan untuk shalat subuh hingga pukul 07.00 pagi (keterangan selengkapnya dapat ditanyakan pada pengurus masjid). Jumlah pengunjung biasanya membeludak pada hari Jumat sampai Minggu. Saat Shalat Jumat, minimal 5 ribu jemaah memadati masjid. Sementara pada hari Minggu, jumlah pengunjung biasanya mencapai 10 ribu orang. Sedangkan pada hari-hari biasa, jumlah jemaah tidak terlalu banyak.

Pengunjung bebas keluar masuk masjid, namun demikian ada beberapa aturan yang harus dipatuhi agar suasana ibadah tetap nyaman. Misalnya pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman ke lingkungan masjid. Anak di bawah usia 9 tahun juga dilarang memasuki lingkungan masjid.

Untuk masuk ke dalam masjid, diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat, sehingga kalau berkunjung kesana khususnya kaum hawa harus mengenakan jilbab. Alas kaki/sandal harus dititipkan ke bagian penitipan, dan tidak boleh ditinggal diluar. Tempat penitipan alas kaki pada jam-jam shalat menjadi sangat ramai dan penuh.

Pada siang hari halaman luar lantai depan masjid sangat panas namun pengurus masjid memberikan karpet plastik untuk mengurangi panasnya lantai halaman masjid. Pengunjung dilarang menginjak rumput yang ada di taman sekitar mesjid. Bagi pengunjung yang ingin berteduh dan sekedar beristirahat, di seberang masjid ada ruang serbaguna yang disediakan. Biasanya para pengunjung menggelar tikar di ruang serba guna ini sambil mengagumi keindahan masjid ini.

Untuk masuk ke dalam masjid, diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat, sehingga kalau berkunjung kesana khususnya kaum hawa harus mengenakan jilbab. Alas kaki/sandal harus dititipkan ke bagian penitipan, dan tidak boleh ditinggal diluar. Tempat penitipan alas kaki pada jam-jam shalat menjadi sangat ramai dan penuh.

Pada siang hari halaman luar lantai depan masjid sangat panas namun pengurus masjid memberikan karpet plastik untuk mengurangi panasnya lantai halaman masjid. Pengunjung dilarang menginjak rumput yang ada di taman sekitar mesjid. Bagi pengunjung yang ingin berteduh dan sekedar beristirahat, di seberang masjid ada ruang serbaguna yang disediakan. Biasanya para pengunjung menggelar tikar di ruang serba guna ini sambil mengagumi keindahan masjid ini.

Rute Menuju ke Masjid Kubah Emas

Jalan yang lebih mudah dan tidak berliku-liku untuk menuju ke Masjid Kubah Emas lebih baik melewati RS Fatmawati. Dari arah Jakarta masuk tol arah ke Pondok Indah dan keluar Fatmawati dan belok ke kiri, bila tidak lewat tol ikuti jalan TB Simatupang hingga belok ke kiri RS Fatmawati. Setelah itu ikuti jalan, melewati dua lampu merah hingga pasar Pondok Labu dan sampai di kampus UPN, kemudian ambil ke arah kanan. Ikuti jalan melewati Golf Pangkalan Jati sampai lampu merah dan belok ke kiri ke arah Depok.

Jalan ini tinggal lurus saja terus sampai ke Cinere Mall, melewati SPBU, terus hingga sampai Masjid Dian Al-Mahri yang ada di sebelah kiri jalan. Selepas Cinere Mall, memasuki daerah Limo Maruyung kondisi jalan menuju ke lokasi agak rusak berlubang dan cukup sempit hanya 2 jalur, dan harus sedikit mengantri bila berpapasan dengan rombongan yang menggunakan bis-bis besar pariwisata. Jalan lain menuju masjid ini yaitu melalui jalan Sawangan Depok dan Karang Tengah Lebak Bulus yang nantinya juga akan bertemu dengan jalan Limo – Maruyung Raya.

Selengkapnya...

Jumat, 15 Juli 2011

Masjid At-Tin Jakarta




Masjid At-Tin berlokasi di Kawasan TMII, Jakarta Timur. Menurut situs masjid ini (www.at-tin.org), nama At-Tin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, atau surah ke-95 dalam urutan penulisan Al-Qur`an. Nama surah itu adalah At-Tin yang berarti sejenis buah yang sangat manis, lezat, dan penuh gizi. Buah ini dipercayai mempunyai manfaat yang banyak, baik sebelum matang maupun sesudahnya.




Selain itu masjid ini dibangun oleh keluarga mantan Presiden Suharto yang tergabung dalam Yayasan Ibu Tien Soeharto untuk mengenang jasa-jasa istri mantan Presiden Suharto.

Masjid ini mulai dibangun sejak April 1997 dan selesai pada tahun 1999. Kemudian dibuka secara umum pada tanggal 26 November 1999. Arsitek pembangunan masjid ini adalah H. Achmad Noe’man I.A.I .

Masjid ini memiliki luasan +/-10.000 m2 di atas lahan 70.000 m2. Masjid ini memiliki kapasitas : 9.000 orang di dalam masjid dan 1.850 orang di selasar tertutup dan plaza.’


Selengkapnya...

Kamis, 14 Juli 2011

Masjid Aqsha Palestina



APA YANG KALIAN KETAHUI TENTANG Masjid Al AQSA?  Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya dipindahkan ke Baitullah sekarang. DI tempat suci inilah Rasulullah SAW melakukan Isra dan dari sana pula ia berangkat Mi’raj. Dalam hadits shahih disebutkan sebagai salah satu daria tiga masjid yang dianjurkan untuk diziarahi, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsha.




Saat ini, tahukah kalian bahwa dimanapun kalian berada di seluruh dunia ini, pemandangan yang diperlihatkan pada banyak orang di seluruh media di muka bumi ini yang dikatakan sebagai Masjid Al Aqsa sebenarnya adalah masjid DOME OF THE ROCK alias Masjid Kubah As-Sakhra?

Palestina pada tahun 1967, Zionis Yahudi menginvasi Palestina dengan cara mendirikan negara Israel di atas Negara Palestina, dengan cara menduduki Palestina. Israel yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi ini, mengusir bangsa Arab Muslimin yang mendiami tanah Palestina dan mulai memporak-porandakan Masjidil Aqsha. Mereka perlakukan Masjidil Aqsha dengan semena-mena, seperti membebaskan siapa saja untuk masuk ke dalam masjid. Hingga tak jarang, terlihat pemandangan orang Yahudi yang sedang berpacaran di dalam masjid atau para turis yang berkeliaran dengan pakaian seadanya di lingkungan masjid. Pada tahun 1969, mimbar megah yang dibuat oleh Shalahuddin Al Ayubi di dalam masjid (yang dibuat oleh Shalahuddin Al Ayyubi setelah berhasil merebut kembali Masjidil Aqsha dari tangan penjajah, guna memperingati Isra Mi’raj di lingkungan masjid) dibakar oleh Yahudi. Peristiwa pembakaran mimbar inilah yang kian meruncingkan barisan umat Muslim guna melawan Yahudi dan mendorong umat Islam sedunia membentuk OKI. Pada tahun 1970, Palestina akhirnya dikuasai sepenuhnya oleh zionis Israel.

Entah sejak kapan, berkembang sebuah fokus perhatian bahwa yang namanya Masjid Al Aqsa yang diramaikan dan dianggap bersejarah oleh Ummat Islam itu adalah masjid indah dengan Kubah Emas berbentuk segienam ini. Fokus perhatian ini dikembangkan lewat gambar-gambar indah yang beredar, lewat postcard-postcard yang beredar, juga gambar-gambar indah di Kalender islami dan lewat buku-buku turisme. Inilah Masjid As-Shakhra yang dimaksud dan sudah sangat terkenal tersebut.

Masjid Qubbatus Shakhrah (As-Shakhra) yang terlihat seperti gambar di atas adalah masjid berkubah keemasan. Shakhrah artinya batu. Masjid tersebut dibangun oleh salah satu Khalifah pada masa kekuasaan Bani Umayyah, Abdul Malik bin Marwan. Tujuannya untuk menjaga batu (Shakhrah) yang merupakan tempat Rasulullah berangkat melakukan mi’raj ke langit bersama Malaikat Jibril as. Batu itu sendiri berasa dalam lingkaran (haram) Al Aqsha, dan bukan masjid itu sendiri. Masjid inilah yang sering diduga sebagai masjidil Aqsha.

Pada akhirnya, anak-anak muslim di seluruh dunia ini sering kali dibingungkan dengan kedua masjid tersebut sehingga akhirnya mereka memiliki referensi yang salah terhadap mana Masjid Al Aqsa yang sebenarnya. Banyak orang yang pada akhirnya menyangka bahwa Masjid Al Aqsa yang sebenarnya adalah masjid dengan Kubah Emas di atasnya, yang berdiri tepat di samping tembok ratapan umat Yahudi. Tembok ratapan umat Yahudi sendiri sesungguhnya adalah Tembok Buraq, yaitu tembok tempat Rasulullah saw mengikat Buraq, kendaraannya ketika Isra Mi’raj. Sekarang tembok ini dikuasai oleh Israel dan dijadikan Tembok Ratapan.

Bagaimana dengan Kalian sendiri? Bisakah Kalian lihat perbedaannya? Perhatikan gambar di bawah berikut ini:

Pada gambar di atas kalian melihat tembok yang memagari kompleks masjidil Aqsha, yang biasa disebut Batas Lingkar Komplek Masjidil Aqsha (Harom Masjid Al-Aqsha). Yang disebut kompleks Al Aqsha adalah daerah yang ada di dalam pagar kotak. Dulu pagar itu hanya terbuat dari tanah. Lalu, pada masa khilafah Utsmaniyah, dibangun tembok karena takut kalau Yahudi mencaplok kompleks (haromul) Masjid Al Aqsha tersebut.

Inilah masjid Al Aqsa yang bersejarah tersebut.

Dan inilah Masjid Al Aqsa tampak dari dekat dan dari depan.

Masjidil Aqsha adalah masjid kedua di muka bumi (berkubah hijau). Dibangun oleh Nabi Adam setelah ia membangun Baitul Haram. Lalu bangunannya roboh seiring dengan waktu. Kemudian dibangun kembali oleh Nabi Dawud, dan disempurnakan oleh Nabi Sulaiman. Masjidil Aqsha inilah yang terus menerus ingin dirobohkan oleh Yahudi, untuk mendirikan di atasnya apa yang mereka dongengkan sebagai Haikal Sulaiman. Salah satu caranya, dengan menyebarkan pengetahuan keliru kepada masyarakat bahwa yang dimaksud dengan Masjidil Aqsha adalah Masjid Qubbah Shakhrah (berkubah kuning) di sebelanya. Meskipun masjid itu masuk dalam kompleks pagar (Harom) Masjidil Aqsha tapi bukan itu masjidnya. Pada saat yang sama diam-diam Yahudi itu menggali Masjidil Aqsha yang sesungguhnya.

Sebelum kesalahanan berkembang pada Ummat Islam dan akhirnya tiada yang menyadari bahwa Masjid Al Aqsa yang sebenarnya telah dihancurkan, ada baiknya kita sebagai generasi Islam tetap hati-hati dan mengabarkan kebenaran yang sebenarnya pada Ummat. Setidaknya, anak-anak kita tahu dan tidak lagi ragu untuk menunjukkan yang manakah masjid Al Aqsa yang asli. Yang benar adalah benar dan yang salah haruslah diperbaiki.

Selengkapnya...

Rabu, 13 Juli 2011

Masjid Agung Sumedang, Jawa Barat



Sumedang, kota kecil yang bersemboyan Sumedang Tandang Nyandang Kahayang, kini menjadi ibukota Kabupaten Sumedang, terkenal dengan Tahu Sumedang-nya. Kota yang mejadi tempat pengasingan seorang Srikandi Bangsa, Pahlawan Nasional dari Nangroe Aceh Darussalam, Cut Nya’ Dien di masa penjajahan Belanda, dan makam beliau pun kini menjadi salah satu objek wisata religi di Sumedang. Sumedang, sudah sejak lama memiliki masjid tua bersejarah, bernama masjid Agung Sumedang, masjid terbesar di Kabupaten Sumedang.



Berdiri megah di pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang, kian menawan setelah direstorasi. Keberadaan Masjid Agung yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam di Sumedang dan sekitanya itu selain menjadi kebanggaan masyarakat, sekaligus menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan.

Lokasi Masjid Agung Sumedang

Masjid Agung Sumedang berada di Jalan Prabu Geusan Ulun, Kelurahan Regol Wetan, kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang provinsi Jawa Barat. Tepatnya di Alun-Alun Kota Sumedang.

Alun-alun yang pada hari Jumat sore 4 Juni 2010 menjadi lokasi unjuk rasa warga masyarakat bersama dengan Pemkab Sumedang dibawah komando Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah, mengutuk sekeras-kerasnya tindakan Israel atas serangan brutal mereka ke kapal kemanusiaan yang akan menuju pelabuhan Gaza, Mavi marmawa. Bupati Sumedang bahkan berkirim surat kepada Presiden SBY untuk membantu Palestina meraih kemerdekaan.

Selengkapnya...

Masjid Istiqlal Jakarta




Pada tahun 1953 beberapa ulama mencetuskan ide untuk mendirikan masjid megah yang akan menjadi kebanggaan warga Jakarta sebagai ibukota dan juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Mereka adalah KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, yang melontarkan ide pembangunan masjid itu bersama-sama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman. Ide itu kemudian diwujudkan dengan membentuk Yayasan Masjid Istiqlal.




Pada tanggal 7 Desember 1954 didirikan yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut. Gedung Deca Park di Lapangan Merdeka (kini Jalan Medan Merdeka Utara di Taman Museum Nasional), menjadi saksi bisu atas dibentuknya Yayasan Masjid Istiqlal. Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti Merdeka sebagai simbol dari rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SAW. Presiden pertama RI Soekarno menyambut baik ide tersebut dan mendukung berdirinya yayasan masjid Istiqlal dan kemudian membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).

Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal

Penentuan lokasi masjid sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung, selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit. Namun akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda, karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Sayembara Desain Masjid Istiqlal

Setahun sebelumnya, Ir. Soekarno menyanggupi untuk membantu pembangunan masjid, bahkan memimpin sendiri penjurian sayembara desain maket masjid. Setelah melalui beberapa kali sidang, di Istana Negara dan Istana Bogor, dewan juri yang terdiri dari Prof.Ir. Rooseno, Ir.H. Djuanda, Prof.Ir. Suwardi, Hamka, H. Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000; serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara, namun dari seluruh peserta hanya 5 peserta yang memenuhi syarat:

1.
F. Silaban dengan rancangannya “Ketuhanan”
2.
R. Oetoyo dengan rancangannya “Istighfar”
3.
Hans Groenewegen dengan rancangannya “Salam”
4.
Mahasiswa ITB (5 orang) rancangannya “Ilham 5”
5.
Mahasiswa ITB (3 orang) rancangannya “Chatulistiwa”

Setelah proses penjurian yang panjang dengan mempelajari rancangan arsitektur beserta makna yang terkandung didalamnya berdasarkan gagasan para peserta maka akhirnya pada 5 Juli 1955 atas perintah Presiden Soekarno memutuskan desain rancangan dengan judul “Ketuhanan” karya Frederich Silaban dipilih sebagai pemenang sebagai model dari Masjid Istiqlal.

Sang Arsitek Masjid Beragama Kristen

Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912, anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950. selain membuat desain masjid Istiqlal ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.

Untuk menyempurnakan rancangan masjid Istiqlal F. Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan dan selain itu ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.

Awal Pembangunan Masjid Istiqlal

Pada sekitar tahun 1950 hingga akhir tahun 1960-an Taman Wilhelmina di depan Lapangan Banteng dikenal sepi, gelap, kotor dan tak terurus. Tembok-tembok bekas bangunan benteng Frederik Hendrik di taman dipenuhi lumut dan rumput ilalang dimana-mana. Kemudian tahun 1960, di tempat yang sama, ribuan orang yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat biasa, pegawai negeri, swasta, alim ulama dan ABRI bekerja bakti membersihkan taman tak terurus di bekas benteng penjajah itu.

Setahun kemudian, tepatnya 24 Agustus 1961, masih dalam bulan yang sama perayaan kemerdekaan RI, menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi umat muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia umumnya. Untuk pertama kalinya, di bekas taman itu, kota Jakarta memiliki sebuah masjid besar. Sebuah masjid yang dimaksudkan sebagai simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Padanan katanya dalam bahasa Arab berarti merdeka dan disepakati diberi nama Istiqlal sehingga jadilah, Masjid Istiqlal namanya.

Tanggal yang bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW itu, dipilih sebagai momen pemancangan tiang pertama oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang ketika itu langsung bertindak sebagai Kepala Bidang Teknik.

Proses Panjang Pembangunan Masjid Istiqlal

Seiring dengan iklim politik dalam negeri yang cukup memanas, proyek ambisius itu tersendat-sendat pembangunannya, karena berbarengan dengan pembangunan monumen lain seperti Gelora Senayan, Monumen Nasional, dan berbagai proyek mercu suar lainnya. Hingga pertengahan tahun ’60-an proyek Masjid Istiqlal terganggu penyelesaiannya. Puncaknya ketika meletus peristiwa G 30 S/PKI tahun ’65-’66, pembangunan Masjid Istiqlal bahkan terhenti sama sekali.

Barulah ketika Himpunan Seniman Budayawan Islam memperingati miladnya yang ke-20, sejumlah tokoh, ulama dan pejabat negara tergugah untuk melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal. Dipelopori oleh Menteri Agama KH. M. Dahlan upaya penggalangan dana mewujudkan fisik masjid digencarkan kembali. Presiden Soekarno, yang pamornya di mata masyarakat mulai luntur, kedudukannya dalam kepengurusan diganti oleh KH. Idham Chalied yang bertindak sebagai koordinator panitia nasional Masjid Istiqlal yang baru. Lewat kepengurusan yang baru, masjid dengan arsitektur bergaya modern itu selesai juga pembangunannya.

Semula pembangunan masjid direncanakn akan memakan waktu selama 45 tahun namun dalam pelaksanaannya ternyata jauh lebih cepat. Bangunan utama dapat selesai dalam waktu 6 tahun tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1967 sudah dapat digunakan yang ditandai dengan berkumandangnya adzan Maghrib yang pertama.

Secara keseluruhan pembangunan masjid Istiqlal diselesaikan dalam kurun waktu 17 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978. Kurun waktu pembangunannya telah melewati dua periode masa kepemimpinan yaitu Orde Lama dan Orde Baru. Pendanaan pembangunan masjid ini pada masa Orde Lama direalisasikan melalui proyek Mandataris sementara pada masa Orde Baru menjadi bagian dari Proyek RePelita (Rencana Pembagunan Lima Tahun). Kini masjid Istiqlal berdiri megah di Ibukota Jakarta dan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.

BANGUNAN MASJID ISTIQLAL DAN SPESIFIKASINYA

masjid Istiqlal dari kjauhan

Masjid Istiqlal dari kejauhan (arie saksono)

Masjid Istiqlal menerapkan prinsip minimalis. Secara umum masjid Istiqlal terdiri dari gedung induk, gedung pendahulu dan emper sampingnya, teras raksasa, dan emper keliling serta menara. Ruang-ruang terbuka atau plaza di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang lebar di antaranya, dimaksudkan oleh perancangnya untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami serta mendatangkan kesejukan hati bagi para jamaah yang beribadah.

Spesifikasi Masjid Istiqal:

Luas tanah 12 ha

Luas bangunan 7 ha

Luas lantai 72.000 m2

Luas atap 21.000 m2

Dalam pembangunan masjid ini dibutuhkan:

Semen 78.000 zak dari Gresik

Baja 337 ton

Marmer 93.000 m2

Keramik 11.400 m2

Aspal 21.500 m2

BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN MASJID ISTIQLAL

A. Gedung Induk

TINGGI : 60 meter, 5 tingkat symbol shalat 5 waktu

PANJANG : 100 meter

LEBAR : 100 meter

Tiang pancang : 2.361 buah

Bangunan utama ini adalah gedung utama dimana tempat ini dapat menampung 100.000. jemaah pada waktu shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Masjid Istiqlal specs

KUBAH BESAR dengan diameter 45 meter terbuat dari kerangka baja stainless steel dari Jerman Barat dengan berat 86 ton sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri.

Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang dibuat oleh K.H Fa’iz. >Updated informasi: Bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Alfateha, Surat Thaha ayat 14, Ayat Kursi, dan Surat Al Ikhlas.

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton

Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 12 meter, angka ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal.

Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 m2.

Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan dari pemerintah Kerajaan Arab.

B. Gedung Pendahulu dan Emper Samping

Tinggi : 52 meter

Panjang : 33 meterLebar : 27 meter

Bagian memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit 2 sayap teras. Luas lantainya 36.980 m2 dengan dilapisi 17.300 m2. jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil. Fungsi utama dari gedung ini setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat perluasan shalat bila gedung utama penuh.

C. Teras Raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m2 terletak di sebelah kiri belakang gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Arah poros teras ini mengarah ke Monument Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah dahulu biasa digunakan untuk manasik (latihan) haji.

D. Emper Keliling

Emper ini mengelilingi teras raksasa dan emper tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper.

Panjang : 165 meter

Lebar : 125 meter

>BEDUG RAKSASA

Di sudut sebelah tenggara terdapat bedug raksasa yang berfungsi sebagai alat pertanda waktu shalat. Bedug merupakan salah satu ciri ke-Islaman Indonesia dimana hanya terdapat di masjid-masjid Indonesia.

Bedug Masjid Istiqlal

Bedug Raksasa Masjid Istiqlal (foto: arie saksono)

Bedug ini terbuat dari kayu meranti dari Kalimantan Timur yang konon berumur 300 tahun. Garis tengah/ diameter depan adalah 2 meter sedangkan diameter belakang adalah 1,71 meter. Sementara panjang keseluruhan adalah 3 meter dengan berat total 2,3 ton.

Kulit pada bedug adalah kulit sapi. Dibutuhkan 2 lembar kulit sapi dari 2 ekor sapi dewasa. Bagian depan adalah kulit sapi jantan sedangkan bagian belakang adalah kulit sapi betina. Untuk menempelkan kulit ini dibutuhkan 90 paku yang terbuat dari kayu Sonokeling yang pembuatannya membutuhkan waktu 60 hari di Jepara Jawa Tengah.

Kaki penopang bedug disebut Jagrag setinggi 3,8 meter pada kakinya terdapat tulisan Allah dalam segilima yang melambangkan rukun Islam dan waktu shalat. Di sisi lain terdapat tulisan “Bismillahirrahmanirrahim”. Pada ke-empat sisi kakinya terdapat tulisan dua kalimat syahadat. Pada bagian Jagrag keseluruhan ada 27 buah kaligrafi ukiran SuryaSangkala (tahun matahari) yang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu sementara pada bagian atas ada ornament ukiran menyerupai naga yang merupakan pengaruh Budha. Sehingga secara keseluruhan bedug ini merupakan wujud dari akulturasi islam dengan berbagai kebudayaan lainnya yang ada di Indonesia.

E. Menara / Minaret

TINGGI : 6666 centimeter = 66,66 meter

DIAMETER : 5 meter

Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan Azan. Di atasnya terdapat banyak pengeras suara yang dapat menyuarakan azan ke kawasan sekitar masjid.

Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6666 merupakan symbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL Quran.

F. Halaman dan Air Mancur MASJID ISTIQLAL

Halaman masjid Istiqlal seluas 9,5 hektar. Halaman ini dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang masuk yang ada. Di halaman masjid terdapat tiga jembatan yang panjangnya sekitar 21 sampai 25 meter.

Di dalam kompleks masjid di sebelah selatan terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah kolam seluas ¾ hektar. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.

Halaman masjid Istiqlal dikelilingi pepohonan yang rindang agar suasana masjid terasa sejuk sehingga akan menambah kekhusukan jamaah beribadah di masjid ini.

G. Tempat Wudhu, Air, dan Penerangan

Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Tempat ini dilengkapi dengan kran khusus sebanyak 660 buah sehingga secara bersamaan 660 orang dapat berwudhu sekaligus.

Sedangkan toilet terdapat juga di lantai dasar sebelah timur di bawah teras raksasa. Toilet ini tersedia untuk 80 orang yang terbagi dua kompleks, untuk pria dan wanita. Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi yang dapat dikunci dan beberapa toilet di lantai sebelah selatan 12 buah, barat 12 buah dan timur 28 buah. Keperluan wudhu, kamar mandi dan toilet ini dipasok sebanyak 600 liter setiap hari per menit dari PAM.

Penerangan masjid Istiqlal menggunakan listrik dari PLN, selain itu juga menggunakan 3 generator berkekuatan masing-masing 110 kva dan sebuah generator besar 500 kva. Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem kontrol terpusat.

H. Lantai Dasar.

Lantai dasar masjid ini luasnya 2,5 ha dahulu dibiarkan kosong dan hanya digunakan dalam keadaan darurat untuk menampung masyarakat DKI Jakarta bila dalam keadaan bahaya. Namun sejak tahun 1978 atas perintah Presiden Soeharto lantai ini digunakan untuk kantor organisasi keagamaan. Sekarang, masjid ini semarak dengan berbagai aktivitas umat muslim dan organisasi islam di dalamnya. Ada MUI, Dewan Masjid Asia dan Lautan Teduh, Dewan Masjid Indonesia, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, LPTQ dan BP 4 Pusat. Bahkan di atas lahan di sekeliling masjid Istiqlal, sebagian dipergunakan untuk kegiatan ekonomi, warung makan, cenderamata, dan terutama setiap hari Jum’at ramai dipenuhi pedagang dan pembeli sehabis menunaikan shalat Jum’at, yang dikenal dengan pasar Jum’atan.

Selengkapnya...

Selasa, 12 Juli 2011

Masjid Jin Makkah




MAKKAH–Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat [51]: 56). Begitulah penegasan Allah dalam Alquran tentang tujuan-Nya menciptakan jin dan manusia, yakni semata-mata untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Esa. Karena itu, golongan jin dan manusia terbagi dua, yaitu Muslim dan kafir.

Jin menyatakan keislamannya yang diterangkan dalam Alquran surah Jin [72] ayat 1-2. “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin mendengarkan Alquran. Lalu, mereka berkata, `Sesungguhnya, kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Karena itu, kami memercayainya dan kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan siapa pun juga.”

Peristiwa ini terjadi saat Rasul SAW bersama para sahabat sedang melaksanakan shalat Subuh. Ketika itu, Rasul SAW membaca surah Ar-Rahman [55] ayat 1-78. Dalam surah Ar-Rahman ini terdapat beberapa ayat yang berbunyi, “Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” Ketika ayat ini dibacakan, para jin yang hadir saat itu langsung menjawabnya dengan kalimat, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami.”

Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa ia ikut menyaksikan malam turunnya ayat Jin ini. Rasulullah SAW bersabda, “Aku didatangi juru dakwah dari kalangan jin. Lalu, kami pergi bersamanya, dan aku bacakan Alquran kepada mereka.”

Peristiwa ini terjadi di sebuah masjid yang terletak di kampung Ma’la, tak jauh dari pekuburan kaum Muslim di Kota Makkah. Dan kini, masjid itu dinamakan dengan Masjid al-Jin atau Masjid al-Bai’ah. Sebab, di tempat inilah para jin berbaiat atau menyatakan keislaman mereka kepada Rasulullah SAW untuk beriman kepada Allah SWT dan Kitab-Nya.

Masjid ini menjadi monumen terpenting antara Rasulullah SAW dan para jin. Konon pada saat itu, para Jin berencana menuju Tihamah. Namun, mereka mendengar bacaan Alquran. Mereka sangat takjub mendengarnya, dan kemudian berdialog dengan Rasulullah SAW, lalu menyatakan keimanannya. Mereka kemudian menyampaikan hal itu kepada kaum jin. Penyampaian para jin yang berbaiat dengan Rasul SAW itu diabadikan dalam Alquran surah Al-Ahqaf [46]: 29-32.

Dalam Asbab an-Nuzul karya Jalaluddin as-Suyuthi disebutkan sebab-sebab diturunkannya surah Al-Ahqaf ayat 29-32. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud. Ketika Rasulullah SAW sedang membaca ayat-ayat Alquran, ada beberapa jin (sejumlah riwayat menyebutkan jumlahnya ada sembilan jin dan sebagian lain menyebutkan tujuh jin) yang turut mendengarkan bacaan Alquran dari Rasulullah SAW. Kemudian, salah satu dari jin itu mengingatkan teman-temannya, “Diamlah, perhatikan bacaannya.” Sesudah itu mereka kembali kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka pada jalan yang benar.

Dalam kitab Ad-Durur al-Manshur disebutkan bahwa jumlah jin yang datang kepada Rasulullah SAW itu sebanyak tujuh jin. Sementara itu, menurut Ibnu Mas’ud sebagaimana dikutip Syekh Abdul Mun’im Ibrahim, dalam kitabnya Ma Qabla Khalqi Adam dan telah diterjemahkan dengan judul Adakah Makhluk Sebelum Adam? Menyingkap Misteri Awal Kehidupan, jumlah mereka sebanyak sembilan dan salah satu dari jin itu bernama Zauba’ah.

Responsif Dalam kitab Fath al-Bari bi syarh Shahih al-Bukhari bab Dzikru al-Jin disebutkan, pemimpin para jin itu bernama Wirdan. Para jin itu berasal dari Nasibain, yaitu sebuah daerah yang terletak di perbatasan antara Negara Irak dan Suriah, yaitu di dekat Mosul.

Menurut Abdullah ibnu Umar, ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah SAW ketika itu adalah surah Ar-Rahman. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada bagiku selain golongan jin yang lebih baik dalam merespons surah Ar-Rahman daripada kalian.”

Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa, ya Rasul?” Rasulullah menjawab, “Ketika aku membaca ayat `Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan,’ para jin berkata, “Wahai Tuhan kami, tidak ada sedikit pun dari nikmat-Mu yang kami dustakan.”

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya mengenai bagaimana mereka (golongan jin) menafakuri dan menadaburi (menelaah dan mencerna) ayat-ayat Allah SWT. Ketika ayat Alquran menanyakan sesuatu, para Jin itu dengan cepat merespons pertanyaan Allah.

Sementara itu, para sahabat masih terdiam dan terpaku mendengarkan ayat-ayat tersebut. Para jin lebih respek terhadap ayat yang banyak menggunakan kalimat istifham (pertanyaan) daripada manusia. Namun, diamnya para sahabat dalam merespons ayat Alquran ini masih lebih baik dibandingkan dengan orangorang kafir Quraisy yang enggan mengimani dan meyakini kebenaran Alquran dan ajaran Islam.

Teguran Menurut Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Al-Qur’an, surah Jin dan Al-Ahqaf itu memberikan teguran kepada orangorang kafir Quraisy dan Arab di Makkah yang terlambat merespons keimanan. Sementara itu, jin yang bukan berasal dari golongan manusia lebih cepat dalam menerima dan merespons dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW.

Para Jin ini terbagi dua, yakni jin kafir dan jin Islam (mukmin). Jin yang beriman akan ditempatkan di surga, sedangkan jin kafir akan ditempatkan di neraka. Rasulullah SAW menggambarkan bahwa para jin itu terbagi tiga golongan, yakni golongan yang bisa terbang di udara, golongan ular dan anjing, serta golongan yang bermukim dan hidup berpindah-pindah. Lihat hadis sahih yang diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Maqasid asy-Syaithan, dalam bagian Hawatif, riwayat al-Hakim, dan juga hadis lainnya.

Sebagaimana manusia dan hewan, para jin ini juga makan dan minum, menikah, beranak, serta mati. Menurut Syekh Abdul Mun’im Ibrahim, para jin ini adalah penghuni dunia yang hidup di tempat-tempat sepi dari manusia dan di padang pasir. Dan, diantara para jin itu ada yang hidup di pulau-pulau di tengah laut, di tempat sampah, di tempat rusak, dan di antara mereka ada yang hidup bersama manusia.

Jin memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia, seperti terbang, naik ke langit, mendengar apa yang tidak bisa di dengar oleh manusia, dan mereka juga melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Wa Allahu A’lam.

Selengkapnya...

Senin, 11 Juli 2011

Masjid Agung Demak



Adalah Seorang Raden Patah yang menjadi perintis kerajaan Islam di Jawa. Ia disebut-sebut sebagai putra Raja Majapahit Brawijaya V dengan putri asal Campa (kini Kamboja) yang telah masuk Islam. Masa kecilnya dihabiskan di Pesantren Ampel Denta -pesantren yang dikelola Sunan Ampel. Ibu Sunan Ampel (istri Maulana Malik Ibrahim) juga putri penguasa Campa ketika Majapahit melemah dan terjadi pertikaian internal, Raden Patah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit dan membangun Kesultanan Demak. Dalam konflik dengan Majapahit, ia dibantu Sunan Giri. Berdirilah Kesultanan Demak pada 1475 atau beberapa tahun setelah itu.


Kelahiran Demak tersebut mengakhiri masa Kerajaan Majapahit. Konon sebagian penganut Hindu kemudian hijrah ke Bali dan sebagian mengasingkan diri ke Tengger.

Babad Tanah Jawi menyebutkan bahwa pengganti Raden Patah adalah Pangeran Sabrang Lor. Dia yang menyerbu Portugis di Malaka pada 1511. Pangeran Sabrang Lor ini tampaknya adalah Dipati Unus menurut sumber Portugis. Pada 1524-1546, kekuasaan Demak dipegang oleh Sultan Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati -Sultan Cirebon yang juga salah seorang “walisongo”.

Dalam buku “Sejarah Ummat Islam Indonesia” yang diterbitkan Majelis Ulama Indonesia, Trenggono banyak membuat langkah besar. Pada masanya, Sunda Kelapa (kini Jakarta) digempur. Berbagai wilayah lain ditaklukkannya. Namun ia tewas dalam pertempuran menaklukkan Panarukan – Jawa Timur. Ia diganti adiknya, Sunan Prawoto, yang lemah. Banyak adipati memberontak. Prawoto dibunuh Adipati Jipang, Ario Penangsang.

Demak berakhir. Jaka Tingkir atau Sultan Adiwijaya -menantu Trenggono-memindahkan kerajaan ke Pajang. Atas bantuan Senopati, anak Ki Ageng Pemanahan, Ario Penangsang dapat dikalahkan. Senopati dijadikan menantu Sultan. Begitu Adiwijaya wafat, dia mengambil alih kekuasaan dan memindahkannya ke Mataram.

Senopati berkuasa dengan tangan besi. Legenda rakyat menyebut ia membunuh menantunya sendiri, Ki Mangir, dengan menghantamkan kepala korban ke batu. Ia digantikan anaknya, Pangeran Seda ing Krapyak yang meninggal pada 1613. Pemerintahan dilanjutkan oleh anak Seda ing Krapyak, Mas Rangsang yang kemudian bergelar Sultan Agung (1613-1645).

Sultan Agung memegang erat kekuasaan dengan gaya yang anggun. Wilayah demi wilayah ditaklukkannya untuk tunduk ke Mataram. Adipati Ukur di Sumedang diserangnya. Panembahan Kawis Gua -pelanjut Sunan Giri- berhasil dibekuk dan ditawan di Mataram. Blambangan digempur.

Kesultanan Cirebon diikatnya dengan perkawinan. Putri Sultan Agung menikah dengan Pangeran Cirebon. Adipati Surabaya yang memberontak dikalahkannya, lalu Pangeran Pekik, putra adipati itu diambilnya sebagai menantu.

Ia juga mengirim utusan ke Mekah, menggunakan kapal Inggris, untuk memperoleh gelar Sultan. Tahun 1641, gelar itu diperolehnya. Jadilah Mataram bukan hanya pusat kekuasaan namun juga pusat Islam di Jawa. Sultan Agung mengubah penanggalan Jawa dari Tahun Saka menjadi Tahun Hijriah. Ia juga memerintahkan para pujangga kraton untuk menulis ‘Babad Tanah Jawi’.

Setelah era Demak, Sultan Agung adalah satu-satunya kekuasaan yang berani menggempur asing. Pada 1618, VOC Belanda bertikai dengan Jepara yang berada di pihak Mataram. Pada 1628 dan 1629, Sultan Agung dua kali menyerang markas VOC di Batavia. Upayanya gagal setelah gudang persediaan makanannya dibakar Belanda.

Pada Februari 1646, Sultan Agung wafat. Ia dimakamkan di puncak bukit imogiri /daerah wonosari jogya, komplek pemakaman yang dibangunnya pada 1631,dan sekarang menjadi komplek pemakaman raja raja tarh Mataram dari Solo dan Jogyakarta

Sang anak, Amangkurat II, seorang ambisius. Ia ingin sesegera mungkin naik tahta menganti ayahnya. Ia bersama seorang Madura, Trunojoyo, untuk memberontak. Trunojoyo menguasai kerajaan. Pada 1677 itu, di saat rakyat tertimpa musibah kelaparan hebat, Amangkurat I terlunta-lunta mengungsi hingga meninggal di daerah Tegal. Sejak Amangkurat I,nampaknya kekuasaan di Jawa sepenuhnya dalam pengaruh pihak Belanda.

Amangkurat II kemudian berkoalisi dengan Belanda untuk mengalahkan Trunojoyo. Bahkan Amangkurat II menikam sendiri perut sahabat dekatnya tersebut. Amangkurat II ini yang menurunkan Dinasti Pakubuwono di Solo dan Hamengkubuwono di Yogya. Dari Pakubuwono kemudian pecah Dinasti Mangkubumi. Sedangkan dari Hamengkubuwono lahir Dinasti Paku Alam.

Masjid Agung Demak

Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479.

Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju “hadiah” dari Nabi Muhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.

Memasuki pertengahan abad XVII, ketika kerajaan Mataram berdiri, pemberontakan pun juga mewarnai perjalanan sejarah kekuasaan raja Mataram waktu itu.

Sejarah yang sama juga melanda kerajaan Demak. Kekuasaan baru yang berasal dari masuknya agama Islam ke tanah Jawa. Seorang Bupati putra dari Brawijaya yang beragama Islam disekitar tahun 1500 bernama raden Patah/Jin Bun/R. Bintoro dan berkedudukan di Demak, secara terbuka memutuskan ikatan dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan daerah-daerah lain yang telah Islam (seperti Gresik, Tuban dan Jepara), ia mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Demak.

Namun keberadaan kerajaan Demak tak pernah sepi dari rongrongan pemberontakan. Dimasa pemerintahan raja Trenggono, walau berhasil menalukkan Mataram dan Singhasari. Tapi perlawanan perang dan pemberontakan tetap terjadi di beberapa daerah yang memiliki basis kuat keyakinan Hindu. Sehingga, daerah Pasuruan serta Panarukan dapat bertahan dan Blambangan tetap menjadi bagian dari Bali yang tetap Hindu. Di tahun 1548, raja Trenggono wafat akibat perang dengan Pasuruan.

Kematian Trenggono menimbulkan perebutan kekuasaan antara adiknya dan putranya bernama pangeran Prawoto yang bergelar Sunan Prawoto (1549). Sang adik berjuluk pangeran Seda Lepen terbunuh di tepi sungai dan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh anak dari pangeran Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang.

Tahta Demak dikuasai Arya Penangsang yang terkenal kejam dan tidak disukai orang, sehingga timbul pemberontakan dan kekacauan yang datangnya dari kadipaten-kadipaten. Apalagi ketika adipati Japara yang mempunyai pengaruh besar dibunuh pula, yang mengakibatkan si adik dari adipati japara berjuluk Ratu Kalinyamat bersama adipati-adipati lainnya melakukan pemberontakan dalam bentuk gerakan melawan Arya Panangsang. Salah satu dari adipati yang memberontak itu bernama Hadiwijoyo berjuluk Jaka Tingkir, yaitu putra dari Kebokenongo sekaligus menantu Trenggono yang masih ada hubungan darah dengan sang raja.

Jaka Tingkir, yang berkuasa di Pajang Boyolali, dalam peperangan berhasil membunuh Arya Penangsang. Dan oleh karena itu ia memindahkan Karaton Demak ke Pajang dan ia menjadi raja pertama di Pajang. Dengan demikian, habislah riwayat kerajaan Islam Demak.

Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.
Selengkapnya...

Template by:
Free Blog Templates