Sabtu, 09 Juli 2011

Masjid Agung Kraton Surakarta




Hampir setiap kali berkunjung ke kota Solo, saya selalu menyempatkan diri mengunjungi Masjid Agung Surakarta yang terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta. Masjid yang menjadi kebanggaan warga Solo ini memang memberikan pesona dan daya tarik bagi wisatawan yang mengunjunginya.

Masjid Agung Surakarta didirikan pada tahun 1875 oleh Paku Buwono III (PB III) atau menurut tahun Jawa 1689. Sampai saat ini masjid ini masih terlihat kokoh dan masih digunakan sebagai tempat ibadah. Masjid Agung Surakarta ini terletak disebelah Pasar Klewer Surakarta.



Kali ini saya kembali menengok Masjid Agung Surakarta di siang hari untuk beribadah shalat dzuhur sambil beristirahat sejenak. Kendaraan saya pacu melewati gerbang masuk dan saya parkir di salah satu sudut yang terdapat tempat penitipan sepeda motor.

Sebelum memasuki bangunan masjid, dari luar terlihat arsitektur masjid yang unik dan kental dengan kekhasan Jawa-nya. Kubah masjid yang kebanyakan bulat memanjang, di Masjid Agung Surakarta ini berbentuk segitiga yang mengadaptasikan bangunan rumah Jawa. Di sebelah utara masjid terdapat menara masjid yang menjulang tinggi ke angkasa.

Memasuki bangunan masjid, saya menitipkan sepatu ditempat penitipan sepatu dan sandal kemudian berjalan menuju ke kamar mandi dan tempat berwudlu yang terletak di samping kanan serambi masjid. Di sebuah sudut serambi masjid ini terdapat bedug yang sudah berumur ratusan tahun dan masih dapat digunakan walaupun di beberapa bagian sudah mengalami pengeroposan.

Memasuki ruangan bagian dalam masjid, dibeberapa sudut ruangan ada orang yang sedang mengerjakan shalat atau sedang membaca Al Quran yang disediakan. Saya berhati-hati dalam mengabadikan gambar didalam masjid ini dengan kamera saku, takut kalau mengganggu orang yang sedang beribadah.

Suasana di dalam masjid memang sedikit berbeda dengan masjid kebanyakan, terlihat sunyi, tenang, sejuk dan pesona kekhasan bangunan kraton yang sarat akan nilai budaya dan ritual. Namun saya tidak mempermasalahkan itu, yang jelas bagian dalam yang hampir semuanya terbuat dari kayu jati kualitas tinggi itu memang bernilai seni tinggi. Walaupun beberapa bagian tiang penyangga sudah dilapisi besi dan rantai yang memperkokoh tetap saja kesan keindahan arsitektur masjid ini tidak pudar. Selain itu tiang kayu penyangga masih diplitur asli, berbeda dengan serambi masjid yang telah ngalami pengecatan dengan cat komersial.

Lantai masjid juga melambangkan kemegahan Keraton Surakarta yakni lantai terbuat dari batu marmer kualitas tinggi yang tebal dan membuat suasana di masjid terasa dingin dan sejuk. Semua bagian lantai masjid kecuali area wudlu dilapisi oleh batu marmer. Beberapa tulisan jawa hanacaraka terdapat di dinding-dinding masjid, namun saya kurang tahu artinya apa.

Akhirnya selesai beribadah sambil mengamati keindahan arsitektur masjid, saya keluar menuju ke serambi untuk beristirahat sejenak bersama dengan dengan para pengunjung lainnya. Di Serambi masjid ini diperbolehkan untuk bersitirahat sejenak sehingga di beberapa bagian serambi digunakan untuk tidur-tiduran ataupun duduk santai yang penting tetap menjaga ketenangan masjid.

Jujur, menurut pendapat saya memang ada kemiripan antara Masjid Agung Surakarta dengan Masjid Agung Yogyakarta, namun yang jelas ukuran Masjid Agung Surakarta lebih luas dan berumur lebih tua daripada Masjid Agung Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates